Ironisnya, di tengah masalah keracunan massal, beberapa daerah justru memberikan menu yang jauh dari standar gizi seimbang. Di Jakarta Utara, siswa hanya mendapat biskuit, minuman serbuk, kacang, dan beberapa butir kelengkeng dengan anggaran Rp10.000-15.000 per anak.
Ahli gizi Tan Shot Yen memperingatkan dampak jangka panjang pemberian produk ultra proses. Dia menyebut MBG berpotensi menimbulkan penyakit tidak menular di masa depan.
“Di bawah gunung es itu, di masa depan akan muncul konflik,” kata Tan Shot Yen.
Pemerhati pendidikan menilai program ini sarat konflik kepentingan dengan potensi korupsi besar. Dengan anggaran Rp335 triliun tanpa pengawasan memadai, MBG dinilai berpotensi menjadi ladang korupsi elite politik.
Kasus terbaru terjadi di Ketapang, Kalimantan Barat, dengan 16 siswa dan seorang guru keracunan setelah makan ikan hiu. Menu ekstrem ini kembali mempertanyakan standar pemilihan bahan makanan dalam program MBG.
Jadi kolumnis di IndoKoran.com!
Tulis apa saja, gaya bebas sesukamu. Cerita-cerita keseharian, pemikiran, atau perasaanmu. Baca ketentuannya di sini.




